Kamis, 18 September 2014

`Hospital`

By Muhammad Aryanda

» One Shoot «

oOo

Di Korea, terdapat peraturan yang berlaku di semua rumah sakit. Ketika pasien masih hidup, gelang berwarna putih diikatkan di lengan kanan mereka. Gelang itu berisi nama pasien serta informasi lainnya. Namun ketika pasien meninggal, gelang itu dilepas dan digantikan dengan sebuah gelang merah yang diikatkan di lengan kiri sebelum jenazahnya dibawa ke kamar mayat.

-oOo-

”Aku hari ini pulang akan sangat larut, maaf,” suara gadis itu sangat merasa bersalah. Pasalnya, ini untuk kesekian kalinya dia membatalkan dinner yang di ajukan oleh sang kekasih.

”Begitu, ya.”

”Ya, tapi akan ku usahakan besok.” Gadis itu tersenyum meyakinkan.

”Aku pernah mendengar itu sebelumnya,” Laki-laki yang sedang berada di dalam mobil itu menerang jauh ke langit tanpa bintang. Dia masih mengingat kata-kata gadisnya ini sepekan yang lalu. ”Kau benar-benar tidak bisa, ya? Padahal aku sengaja menyelesaikan pekerjaanku lebih cepat hanya untuk makan malam bersamamu.”

Gadis itu hanya diam dan menunduk. Dia benar-benar merasa tidak berguna. Pekerjaannya ini terlalu menyitak waktunya.

”Hei, tidak apa. Jangan bersedih seperti itu. Aku mengerti akan keadaanmu. Jadi, bekerjalah.” Laki-laki itu tersenyum ramah. Senyum khasnya yang menawan itu semakin membuat gadis itu ingin menangis.

”Ya.” Hanya itu yang keluar dari bibir mungilnya.

”(Namakamu)..,” Panggil laki-laki itu, gadis ini—(namakamu)—segera mengendah. ”Aku mencintaimu.”

Wajah (namakamu) seperti di poles oleh blush on yang berlebihan. Dia membalas dengan wajah yang tersipu. ”Aku juga mencintaimu.” (Namakamu) terkekeh sendiri mendengar nada suaranya yang malu-malu.

”Hei, coba kau lihat, di mataku ada apa? Perih sekali.”

(Namakamu) terkesiap untuk mencodongkan wajahnya. Dan menatap mata laki-laki itu dengan selidik. Mencari-cari sesuatu.

”Tidak ad..”

Kalimat (namakamu) terhenti saat laki-laki itu mengecup sekilas bibirnya dan buru-buru menginjak pedal gas. (Namakamu) mematung sementara mobil kekasihnya itu semakin menjauh dan tak terlihat lagi. Dia sibuk mengatur degup jantungnya yang hendak lepas dari sarangnya. Pasalnya ini ciuman pertamanya sejak mereka menjalani hubungan selama tiga tahun. Percaya? Gue sih engga .-.

”Iqbaal, kau membohongi ku!” Gerutu (namakamu) nyaris kesal dan nyaris ingin berteriak. (Namakamu) berbalik dan melangkah menuju gedung berlantai lima yang ada di hadapannya. Di sepanjang langkah dia tidak henti-hentinya tersenyum seperti orang gila mengingat kejadian yang baru saja dia alami, tentunya sambil memegang bibirnya. Akh! Gila!

*

(Namakamu) merasa sangat lelah saat baru menyelesaikan shift malamnya bertepatan jam tiga dini hari. Dia lebih memilih duduk sambil memijat keningnya dengan lembut. Hari ini memang sangat lelah, tidak, bukan hari ini melainkan karena shift malam ini.

(Namakamu) melintasi koridor di lantai dua dengan langkah perlahan. Rumah sakit ini benar-benar sepi. Di koridor ini benar-benar tidak ada orang. Tentu semua pasien sudah terlelap dan sebagian besar perawat sudah pulang. (Namakamu) bisa saja menelpon kekasihnya untuk menjemputnya dalam situasi seperti ini, tapi kalau dia menelpon kekasihnya, itu akan sangat kelewatan mengingat ini sudah pukul tiga dini hari.

Pintu lift terbuka, (namakamu) segera masuk ke dalam, ada seorang gadis pucat dengan seragam pasien yang kebesaran. (Namakamu) hanya tersenyum seakan itu gambaran hari ini yang terlalu lelah membuatnya tidak dapat berkata-kata lagi. Tampaknya gadis itu juga ingin turun ke lantai dasar.

Begitu pintu lift terbuka, tampak seorang pria paruh bayah mengenakan pakaian serba putih. Gadis yang bersama (namakamu) hendak keluar, tapi (namakamu) buru-buru menarik lengan gadis itu karena melihat sesuatu di tangan pria tadi. (Namakamu) menekan tombol ke lantai dua, dan pintu lift kembali tertutup.

”Hei, Onnie, apa yang kau lakukan?” Tanya gadis itu tampak marah karena dokter ini menariknya masuk kembali.

”Kau beruntung tidak ku biarkan keluar,” kata (namakamu). ”Kau tidak lihat di tangan pria tadi ada gelang merah? Berarti dia sudah meninggal.”

”Gelang merah?” Tanya gadis itu sambil menyingsingkan lengan bajunya yang ke besaran.

”Maksudmu seperti ini?”

THE end.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar